Menggetarkan, Perjuangan Pengemis Belikan Putrinya Baju Baru

Islampedia - Bagi yang berduit, membeli baju ibarat membeli permen. Tetapi, bagi yang tidak berpunya, tentu butuh perjuangan sangat keras.


Seperti yang terjadi pada seorang pengemis di Bangladesh ini. Demi membelikan baju anaknya, dia harus menabung selama dua tahun.

Menggetarkan, Perjuangan Pengemis Belikan Putrinya Baju Baru

Harga baju itu sebenarnya tidak mahal, hanya 300 taka Bangladesh, setara Rp49 ribu. Tetapi, jumlah itu tetap saja besar bagi si pengemis.

Kisah yang Mengharukan

Kisah mengharukan itu dibagi oleh fotografer, GMB Bakash, melalui akun Facebook milik dia.

Dalam ungggahan yang dimuat Siakapkeli itu, Bakash menyertakan foto pengemis tua itu bersama anaknya. Sampai hari ini, cerita itu telah dibagikan lebih 22.491 kali.

Berikut kisahnya:

Kemarin, saya berhasil beli baju baru untuk anak perempuan saya setelah dua tahun. Ketika saya menyerahkan 60 keping pecahan 5 taka, kepada seorang penjual baju.

Dia berteriak ke arah saya sambil bertanya apakah saya ini seorang pengemis. Anak saya langsung memegang tanganku dan menangis. Dia meminta saya meninggalkan toko itu.

Anak saya berkata dia tidak ingin membeli baju baru. Tapi saya sapu air matanya dengan sebelah tangan saya.

"Ujian hidup terberat..."


" Ya, saya seorang pengemis. Sepuluh tahun lalu saya tak pernah menyangka akan menjadi peminta-minta. Suatu malam bus terjatuh dari sebuah jembatan dan saya menyangka masih hidup.

Saya masih hidup tetapi cacat. Anak perempuan saya, Sumaiya, selalu menyuapi saya setiap hari. Sebab dia tahu betapa sulitnya bekerja dengan hanya sebelah tangan.

" Setelah dua tahun, anak perempuanku ingin memakai baju baru. Oleh karena itu, saya bawa dia bermain sebentar."

" Saya pinjam ponsel tetangga tanpa memberitahu istri saya. Anak perempuan saya tidak pernah foto dan saya ingin buat hari ini menjadi hari yang istimewa buatnya.

Bila satu hari nanti saya mampu beli ponsel, saya akan memotret anak-anak saya. Saya ingin simpan semua kenangan manis itu.

Sulit menyekolahkan anak-anak saya. Tapi saya selalu mengajari mereka sesuatu.

Pernah suatu waktu mereka tidak bisa mengikuti ujian karena saya tak bisa membayar uang sekolah. Pada hari itu, saya akan memberitahu mereka, 'kadang-kadang kita bisa melewatkan ujian karena ujian sesungguhnya kita lalui setiap hari'."

"Anak saya akan senang..."


Sekarang saya mengemis. Saya akan menitipkan anak saya di satu tempat untuk menunggu saya.

Saya akan mengawasinya sambil mengemis. Saya merasa malu bila dia melihat apa yang saya lakukan.

Bila saya dapat sedikit rezeki, saya akan pulang ke rumah dan mengajak anak saya. Kami akan pergi ke bazar dan anak saya akan membawa-bawa. Ketika hujan, kami akan membiarkan tubuh basah dan berbicara tentang impian kami.

Jika tak dapat uang, saya akan pulang. Rasanya ingin mati malamnya. Tapi, ketika anak-anak saya tidur sambil memeluk saya, ada perasaan bahwa 'hidup ini sebenarnya tidak terlalu menyedihkan. Hidup ini terasa menyedihkan hanya jika anak perempuan saya mengemis'."

Tapi hari ini sangat spesial. Karena hari ini anak perempuan saya sangat senang. Hari ini ayahnya bukan seorang pengemis. Hari ini, ayahnya seorang yang kaya dan ini adalah putrinya." 
Sumber     : dream.co.id