Cinta Ditolak Putri Pak Camat, Mualaf Tampan Nikahi Gadis Buta

Islampedia - Hampir setiap orang menginginkan pasangan yang sempurna secara fisik dan mental. Tapi tidak bagi sosok mualaf tampan yang satu ini.


Keimanan menjadi pertimbangan utama baginya dalam memilih pendamping hidup. Bahkan ia rela menikahi gadis yang memiliki keterbatasan fisik lantaran si gadis adalah seorang Muslimah yang taat.


Tentu tak semua orang bisa memegang teguh prinsip semacam itu. Namun kisah ini mungkin bisa menjadi bahan renungan Sahabat Islampedia sekalian.

Dikisahkan, Herman adalah blasteran Indonesia-Belanda yang baru saja tiba di Samarinda, Kalimantan Timur. Dia ke kota itu untuk mengunjungi kakek dan neneknya yang tinggal di Samarinda Seberang.

Selama setahun sebelumnya, Herman sempat tinggal bersama ibunya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Berpostur tinggi, kulit putih bersih, dan mata cokelat muda, ditambah tutur kata dan sikapnya yang santun, membuat kaum Hawa yang bertemu dengannya pasti langsung jatuh hati.

Bahkan, sebelum ke Samarinda, pemuda yang pernah tinggal di Belanda ini memilih menjadi seorang mualaf. Dia berjanji kepada ibunya yang bersuku Banjar untuk serius memperdalam ilmu agama.

" Usiamu sudah menginjak 28 tahun putraku. Kapan engkau akan menikah? Ayah dan ibumu pasti sudah tidak sabar menimang cucu. Kakek dan nenek juga tidak sabar melihat cicit yang sangat lucu," ucap neneknya membuyarkan lamunan Herman dengan membawa secangkir kopi dan pisang goreng yang pastinya cukup asing di lidah barat cucunya.

" Sabar grandmother (nenek, Red) yang cantik dan awet muda. Herman ingin mendapatkan wanita shaleha yang tidak hanya cantik secara paras. Tapi juga shaleha, memiliki ilmu agama yang tinggi. Sehingga bisa menyempurnakan keimananku," ucap Herman meyakinkan sambil menggoda nenek kesayangannya.

Ditolak Putri Pak Camat


Singkat cerita, sebulan berlalu semenjak berada di Samarinda Seberang, Herman bertemu dengan Khadijah, anak dari Camat Samarinda Seberang, Ansarullah, yang terkenal cantik dan taat beribadah.

Melihat kesabaran, kesantunan yang didukung oleh paras cantik, Khadijah mampu membuat Herman jatuh cinta. Tiga bulan saling kenal, membuat pria tampan tersebut ingin meminang Khadijah.

" Demi Allah aku jatuh cinta kepadamu Khadijah. Aku ingin engkau menjadi pendampingku. Karena aku tidak melihat gadis saleha sepertimu di Kampung Ketupat ini. Yang berparas cantik sangat banyak. Tetapi yang bisa menjadi pendamping dan menyempurnakan imanku rasanya hanya engkau. Izinkan aku menemui orangtuamu dan meminangku Khadijah," ucap Herman kepada Khadijah usai menjalankan Sholat Magrib bersama di Masjid Siratal Mustaqim, Samarinda Seberang.

Namun bukan reaksi bahagia yang diperoleh Herman dari Khadijah. Melainkan raut wajah penuh kesedihan. Hingga akhirnya kata penolakan pun keluar dari bibir tipisnya.

" Aku tidak bisa menerima lamaranmu Herman. Tiga bulan kita bersama, aku hanya menganggap itu sebagai persahabatan. Tidak lebih. Maafkan aku Herman. Assalamualaikum," ucap Khadijah sambil berlalu pergi.

Tiba di rumahnya yang berada di kawasan Kelurahan Tenun, Khadijah menyampaikan niatan baik sahabatnya tersebut.

Ansarullah, ayahnya, sangat terkejut mengapa putrinya yang tidak cacat barang sedikitpun menolak lamaran seorang pria tampan dan mapan tersebut.

" Mengapa kau menolak pinangannya? Dia pria yang baik, santun, dan sudah menjadi mualaf. Kau pun dari keluarga yang baik, shaleha dan cantik. Mengapa menolak begitu saja," ucap Ansarullah dengan pertanyaan yang seakan tidak habis kepada putrinya.

" Ayah, aku punya alasannya," sanggah Khadijah dan menjelaskan secara panjang lebar mengapa dia menolak Herman, hingga akhirnya Ansarullah paham dan menerima keputusan putrinya.

Nikahi Gadis Buta, Tuli, Bisu dan Lumpuh


Keesokan harinya, Khadijah mengajak Herman bertemu usai menunaikan Sholat Dzuhur di masjid bersejarah di Kaltim tersebut.

" Maafkan aku Herman. Kau pria yang sempurna dan pantas mendapatkan pendamping yang sempurna juga. Aku belum memiliki keimanan yang tinggi seperti yang engkau mau," jelas Khadijah.

" Apa yang kurang darimu Khadijah. Kau cantik, shaleha, dan santun. Tidak ada satu gadis pun yang aku lihat memiliki keimanan sempurna sepertimu," protes Herman dengan penuh keheranan.

" Tidak Herman. Aku belum layak seperti yang kamu bilang. Aku juga perlu banyak belajar mengenai agama. Tapi ada yang lebih pantas dariku, dia sahabatku. Memiliki keimanan yang begitu sempurna. Dia buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Pinanglah dia wahai sahabatku. Jika memang engkau tidak memandang fisik," ucap Khadijah dengan tatapan serius.

Herman sempat terperangah mendengar permohonan sahabat cantiknya tersebut. Bahkan dia sempat berpikir tidak sanggup jika harus hidup bersama dengan wanita yang cacat meski memiliki keimanan yang sungguh.

" Demi aku Herman. Aku berani jamin dia akan bisa mendukung hari-harimu dalam mencari kebenaran ajaran Islam yang sesungguhnya," ulang Khadijah.

" Baiklah. Jika engkau memaksa. Apalah artinya fisik sempurna jika tidak bisa mendampingi menuju jalan Allah yang benar," ucap Herman mantap.

Seminggu berlalu, tanpa pernah bertemu, akhirnya Herman mempersunting gadis yang dimaksud sahabatnya tersebut. Setelah melakukan sholat Tahajjud, akhirnya dia mendapat kemantapan hati untuk menerima calon istrinya dengan penuh rasa syukur.
Sumber     : dream.co.id